Mentari menyergahmu dengan teriknya
Kau masih mendongak menadah mata
Bulan mengejekmu dengan sinarnya
Kau malah memuji keindahannya
Bintang mencacimu dengan kerlipannya
Kau tersenyum menyembunyikan duka
Kau yang mendongakkan kepala
Kau yang mendongakkan kepala
Belajarlah menundukkan kepalamu
Setia memandang langit dunia
Hingga sakit belakang tengkuk lehermu
Kau tidak peduli
Asalkan matamu bisa melihat bintang, bulan dan mentari.
Badanmu itu bukanlah terawang-awang tiada nyawa.
Jasadmu berpijak di bumi nyata
Di atas tanah sekangkang kera
Yang bukan milik sesiapa.
Yang asyik memandang ke langit biru
Cubalah melihat-lihat kuisan kakimu
Yang mungkin ada emas bercampur tanah dan batu
Ini bangsaku,
Yang berdiri mendongak dan merenung
Di atas tanah di bawah langit mendung.
Permata ‘Akal Budi’ yang Hilang
1 day ago
0 comments:
Post a Comment